Senin, 13 Januari 2014

KALAU KALI PROGO SUDAH KAWIN DENGAN KALI OPAK


Menurut cerita, Sunan Kalijaga dahulu pernah mengatakan, bumi Mataram  (kota Yogyakarta), akan menjadi daerah yang subur-makmur, gemah ripah loh Jinawi kerta tur raharja kalau Kali Progo terlaksana kawin dengan atau menyatu dengan Kali Opak. Dan ramalan sunan Kalijaga tersebut ternyata menjadi kenyataan. Pada akhir tahun 1945, air Kali Progo yang letaknya di sebelah Barat kota Yogyakarta  dan Kali Opak yang letaknya di sebelah Barat kota Yogyakarta atu tepatnya di Kalasan dekat Prambanan, bisa terwujud menjadi satu dengan adanya saluran atau selokan yang terkenal dengan nama selokan Mataram.
            Menurut buku 200 Tahun Kota Yogyakarta (1756-1956), Selokan Mataram awal pembangunannya sekitar tahun 1942 sampai 1944 pada waktu Jepang menduduki tanah Jawa. Yang punya ide/gagasan membangun selokan legendaries tersebut adalah Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IX dari Keraton Yogyakarta. Pada saat itu Sri Sultan didatangi Pembesar Jepang yang meminta Sri Sultan menyediakan tenaga muda dari rakyat Yogyakarta yang akan dikirim ke luar Jawa sebagai romusha. Yang dinamakan romusha adalah kerja paksa tidak dibayar  tidak dipelihara sebagaimana mestinya, disuruh kerja tanpa istirahat untuk membuat barak militer, waduk, landasan pesawat terbang, jalan besar dll.
            Menerima permintaan pembesar Jepang itu, di hati Sultan tidak rela kalau para rakyat Yogyakarta akan dijadikan sapi perahan untuk kejayaan dan kemenangan Jepang pada Perang Dunia II itu. Maka dari itu Sri Sultan lalu mencari akal bagaimana caranya untuk menolak permintaan tersebut dengan cara yang halus.
            Sultan HB IX lalu usul ke pembesar Dai Nippon itu, bahwa selama ini Yogyakarta merupakan daerah minus dan kering, hasil buminya yang pokok Cuma gaplek dan ketela pohon. Oleh sebab itu Sri Sultan kemudian mengusulkan pada pemerintah Jepang supaya di Yogyakarta diadakan pembuatan saluran irigasi untuk mengairi sawah dan tegalan yang ada di daerah Sleman Utara sampai ke daerah Kalasan sebelah Timur agar bisa jadi lahan subur untuk olah tani. Caranya dengan mengerahkan rakyat Yogyakarta agar gotong royong membangun jalan airdari Kali Progo sampai Kali Opak. Apabila Yogyakara sudah menjadi wilayah yang subur, diharapkan bisa meningkatkan pemasokan kebutuhan pangan buat Jepang di garis depan.
            Pembesar Jepang ternyata menyetujui gagasan Sri Sultan tersebut, yang kemudian memerintahkan rakyatnya untuk bergotong royong membangun selokan tersebut. Buat rakyat Yogyakarta kebijaksanaan Sultan HB IX  ini merupakan anugerah yang besar sebab bisa bebas dari kewajiban menjadi romusha.
            Sultan HB IX memang seorang pemimpin yang bisa melindungi rakyatnya. Maka dari itu tepat sekali kalau Sultan mempunyai sesanti Tahta Untuk Rakyat,” kata Mbah Jumali (82) warga Cibuk Lor, Kecamatan Sayegan, Sleman yang desanya dilewati saluran tersebut. Saluran tersebut dilengkapi dengan 2 unit pintu air, setelah selesai lalu diberi nama “Selokan Mataram” dalam bahasa Jepang disebut Gunsei Hasuiro atau Hunsei Yasuiro.

BENDUNGAN ANCOL BLIGO   
Selokan Mataram itu merupakan saluran air yang airnya diambil dari Saluran Induk Bendung Ancol Bligo di Kali Progo, yang letaknya di Dusun Karang Talun, Kalurahan Bligo, kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Dulu nama Bendung tersebut dinamakan Bendung Karang Talun sesuai dengan nama dusun dimana bendung tersebut terletak. Tiap hari libur wisatawan domestik banyak yang berunjung ditempat ini. Pada saat ini bendung tersebut lebih terkenal dengan nama Bendung Ancol Bligo. Kemungkinan tempat rekreasi air ini seperti di Ancol Jakarta yang tempatnya di Kelurahan Bligo.
            Dari Saluran Induk Karang Talun airnya mengalir ke Selatan menelusup Dusun Bligo (terletak dibawah dusun) yang panjangnya kurang lebih satu kilometer. Kemudian muncul dari terowongan, saluran mengarah ke Tenggara. Di  Dusun Bligo Beteng saluran bercabang jadi dua. Saluran yang turun merupakan ujung dari Saluran Van der Wijk yang dibangun waktu jamannya Gubernur Jenderal Van der Wijkpada tahun 1911, sedangkan yang ke Timur merupakan ujung dari Saluran Mataram yang sampai sekarang lebih terkenal dengan nama Selokan Mataram.
            Awalnya air di Saluran Van der Wijk ini di sebelah Barat Dusun Jambesan, Kecamatan Tempel 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
Dilahirkan di Yogyakarta pada 2 Maret 1948 oleh seorang ibu bernama Mudjiati dan ayah bernama Soenarto, di Rumah Sakit Bethesda. Kami bersaudara empat orang, saya yang nomer satu.Terdiri tiga orang lelaki dan seorang perempuan yang nomer tiga. Dari Sekolah Dasar atau dulu disebut Sekolah Rakyat sampai Perguruan Tinggi di kota terbesar kedua di Indonesia yaitu Surabaya. Strata 1 saya selesaikan di Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya dengan mengambil jurusan Hidro Teknik di Fakultas Teknik Sipil. Karena berikatan dinas dengan Kementerian Pekerjaan Umum, setelah selesai pendidikan di ITS saya harus bekerja di Kementerian Pekerjaan umum. Selanjutnya oleh Kementerian Pekerjaan Umum saya disekolahkan ke IHE Delft the Netherland mengambil S2 untuk jurusan Hydraulic Structure. Pada saat ini saya sudah pensiun dan selanjutnya menjadi konsultan bebas bidang Sumber Daya Air (SDA). Demikian sekelumit perkenalan diri saya.